Mar 20, 2012

Tamu di Rumah Sendiri

Tulisan ini sangat subjektif, benar-benar hanya berdasarkan analisa saya pribadi. Boleh disalahkan jika memang salah, meski sebernarnya saya yakin ini akan benar. Saya ingin mengajak teman-teman merenungkan sesuatu yang menurut saya telah menjadi problem besar bagi mahasiswa UIN dan kimia secara khusus. Problem besar tersebut adalah cara berorganisasi yang keliru.

Semua kita sepakat bahwa organisasi merupakan kebutuhan pokok bagi mahasiswa, yakni sebagai wadah untuk berinteraksi dan bersosialiasi, serta mengembangkan dan menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki. Makanya, sangat aneh jika seseorang mengaku sebagai mahasiswa tapi tidak pernah bergabung dengan organisasi manapun.
Tapi tentunya, meski manfaatnya banyak, ini tidak menjadikan organisasi muntlak selalu bermanfaat. Ibarat makanan, organisasi jenis tertentu dan pada kondisi tertentu dapat merugikan bahkan merusak. Organisasi dapat merugikan jika berlebihan dan dapat merusak jika salah pilih.

Point pertama bahwa organisasi bisa merugikan jika berlebihan telah kita maklumi dan ternyata ini mengancam semua mahasiswa di setiap kampus. Tapi, point kedua bahwa organisasi dapat merusak jika salah pilih, mungkin hanya mengancam mahasiswa di kampus UIN?!

Bagaimana menjelaskan..??,
Saya akan mulai saat kita sebagai calon mahasiswa baru datang ke kampus ini. Saat itu, sebelum memasuki gerbang kampus, kita disambut oleh sekelompok mahasiswa yang menawarkan “jasa bimtest”. Mereka adalah aktivis organisasi luar yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kampus ini, tapi anehnya merekalah pihak pertama yang ”menyambut” kita.

Maksud saya...., sebagai "tamu" yang baru pertama kali mengenal dunia kampus, seharusnya kita disambut oleh "tuan rumah" bukan oleh "orang lain". ”Tuan rumah” yang saya maksud adalah organisasi mahasiswa yang sifatnya internal.... dan ”orang lain” yang saya maksud adalah MEREKA, yakni beberapa organisasi pergerakan yang datang ke kampus ini untuk merekrut kader dengan misi tertentu.

Telah menjadi rahasia umum bahwa bimtest yang MEREKA adakan sengaja diprogramkan sebagai moment untuk mendekati calon mahasiswa baru. Kita disuguhi berbagai wacana yang terkesan super, kritis, dan menggungah semangat. Dengan slogan agent of change, kita dibuat latah, lalu dipikat, dan akhirnya diajak bergabung sebagai kader organisasi mereka.

Tentu.., tidak ada yang melarang MEREKA merekrut kader di kampus ini, tapi jika dilakukan dengan cara yang salah, maka yang terjadi, mereka telah merugikan kampus ini..!!! Cara yang saya maksud adalah:

1. Mereka menggunakan berbagai pendekatan yang sifatnya menghina, menjelekkan, hingga membenci organisasi lain. Alhasil, mahasiswa UIN yang mungkin satu fakultas bahkan satu kelas tidak lagi akrab satu sama lain. Tidak sadar, kita telah dikelompok-kelompokkan, sehingga tidak lagi kompak, tidak lagi bisa bekerjasama..., dan tidak lagi sempat berpikir bagaimana cara membesarkan kampus ini karena sibuk dengan organisasinya masing-masing..!!

2. Bujukan mereka disertai dengan doktrin perlawanan terhadap sebuah sistem, baik sistem kampus, kelompok sosial, hingga negara. Mereka menawarkan jargon mahasiswa sebagai agent of change yang bebas menyalahkan hingga menghakimi. Tak satupun kebijakan kampus yang bisa lolos tanpa mereka soroti, kalo perlu mereka lawan dengan demo. Mereka memunculkan kebencian terhadap kampus dan orang-orang yang mengurus kampus ini. Rektor, dekan, pegawai hingga dosen mereka salahkan dan cemooh dengan bahasa yang sekasar mungkin. Orang-orang ini tidak lagi dihormati sebagai guru atau orang yang lebih tua.

Pada sisi yang lain, saat organisasi ini sibuk melakukan perlawanan, organisasi yang lain justru sibuk melakukan pendekatan. Mereka mendekat dan membujuk pejabat kampus dan fakultas dengan sikap yang terkesan “manis”. Sikap ini, menjadikan beberapa pejabat kampus, fakultas, dan dosen terbuai lalu latah mengambil sikap yang subjektif. Mahasiswa yang suka melakukan perlawanan di”black list” dan selalu dicurigai, bahkan muncul sikap acuh dan tidak peduli. Tidak ada lagi keinginan untuk menasehati mereka, sebaliknya mereka dibiarkan – dipanggil hanya jika bermasalah, itupun dengan sikap risih.

3. Organisasi-organisasi ini sangat bebas melakukan misinya..., sehingga lebih berpengaruh dibandingkan dengan organisasi intra kampus. Hal pertama yang mereka lakukan adalah menguasai lembaga eksekutif mahasiswa, baik di tingkat kampus, fakultas, hingga jurusan. Mereka memasuki lembaga-lembaga tersebut melalui partai pemilwa yang mereka bentuk sendiri. Dengan cara ini mereka bisa mengatur program dan pelaksanaan kerja masing-masing lembaga eksekutif tersebut.

Contoh yang paling mencolok terjadi saat OPAK, organisasi diantara MEREKA yang paling berpengaruh di setiap fakultas akan menguasai forum sehingga dengan leluasa dapat menyampaikan pemikiran-pemikiran organisasinya ke mahasiswa baru.

Tak ayal, perebutan pengaruh inipun akhirnya mengkebiri organisasi intra kampus. Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tidak dilibatkan secara maksimal dalam banyak hal. Bahkan, sosialisasi UKM yang telah terjadwal di OPAK selalu diakhiri dengan kericuhan, kericuhan yang aneh atau memang skenario?! Alhasil, total 16 UKM ini seakan menjadi ”tamu” di rumahnya sendiri.

4. Program kerja organisasi-organisasi ini tidak sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, khususnya mahasiswa saintek. Mahasiswa ditawari wacana-wacana yang sama sekali bukan wilayahnya. Jadilah mahasiswa ini berkoar-koar ibarat peserta pildacil yang lantang berceramah tapi tidak paham makna ceramah yang mereka sampaikan. Lebay dan sok idealis..!!

Belum lagi, organisasi tertentu yang memanfaatkan mahasiswa untuk tujuan-tujuan tertentu, sekedar merekrut massa hingga diterjunkan ke politik praktis.

Masih banyak kesalahan yang lain, tapi 4 point ini cukup sebagai contoh yang sering kita temukan.

Mencari solusi
Saya sadar bahwa pola organisasi demikian telah mengakar sangat lama di UIN, merubahnya bukanlah pekejaan muda. Namun, bukan berarti tidak ada solusi yang lain. UIN sebagai institusi pendidikan telah menyediakan wadah bagi mahasiswanya untuk berorganisasi, mengembangkan serta menyalurkan bakat dan minat yang dimiliki.

Beberapa UKM, termasuk organisasi otonom di lingkungan saintek disediakan untuk tujuan tersebut. Mahasiswa yang ingin mengembangkan kemampuan bahasa asingnya dapat bergabung dengan SPBA, ESC, atau MAJLUGHA. Mahasiswa yang ingin berlajar bisnis dapat bergabung dengan KOPMA, yang bakat olahraga dapat bergabung dgn UKM olahraga, yang minat jurnalisme dapat bergabung dengan ARENA, yang minat sebagai peneliti dan kegiatan sains ilmiah dapat bergabung dengan FKIST, dan beberapa yang lainnya. Bahkan, jika UKM dan organisasi tersebut dirasa belum cukup, mahasiswa dapat merancang dan mengusulkan UKM-UKM baru yang tepat dan cocok.

Jika mahasiswa UIN lebih memilih UKM dan organisasi intra kampus yang pastinya mendukung kegiatan kuliah serta softskill yang dibutuhkan, maka dengan sendirinya organisasi-organsasi pergerakan tersebut akan sadar dan memperbaiki kesalahannya. Mereka akan dan harus tahu diri, bahwa mereka hanyalah tamu di kampus ini, bisa diusir oleh tuan rumah jika macam-macam..!!
....

Mudah-mudahan tulisan ini tidak terkesan menggurui apalagi menghakimi. Jika memang benar, terimalah sebagai nasehat.., pun jika salah, anggaplah ini hanya kekhawatiran.
Share:

0 komentar:

Post a Comment