“Mba,
ujung jilbabnya diselipin ke jas labnya ya? Jas labnya diluar, ujung
jilbanya di dalam!! Kalo gak mw, gak bisa masuk lab, gak bisa ikut
praktikum!!...”
Aku hanya diam, saat
mendengar kalimat perintah itu dari seorang asisten praktikum, bahkan
aku harus membenarkannya dengan mulutku. Terkadang yang lebih parah
lagi, aku yang harus mengucapkan kalimat itu.
Ya Allah, andai bisa, ingin rasanya.....
Ukhti fillah yang dirahmati Allah..
Ingin
rasanya, aku membela kalian, pembelaan karena rasa salut, bangga, dan
hormat. Sungguh, ada rasa yang tidak rela melihat kalian, tiap kali
praktikum di lab ini, idealisme kalian, sebuah idealisme yang punya
hujjah kalian titipkan pula di loker-loker. Kalian melangkah masuk lab
tidak lagi sebagai jilbaber bahkan sama saja dengan yang lain, tanpa
sebuah identitas.
Ingin rasanya, aku melihat kalian, praktikum di lab ini tetap sebagai seorang jilbaber!!
Ukhti fillah..
Keselamatan
lab bukanlah alasan bagi kami untuk memaksa kalian “mengetatkan”
jilbab di balik jas praktikum. Tidak ada teori yang mengatakan bahwa
jilbab yang besar bisa menganggu kerja kalian di lab bahkan bisa
mencelakakan kalian. Allah tidak mungkin mensyariatkan sesuatu jika itu
justru bisa mencelakakan hambahNya.
Itu semua hanya asumsi, ketakutan tanpa alasan, atau mungkin sekedar egois yang latah.
Ukhti fillah..
Maafkan aku, yang sulit untuk melakukan sesuatu...
0 komentar:
Post a Comment