Mar 19, 2012

Mencontek dalam Ujian?

Secara sederhana mencontek dapat didefinisikan sebagai bentuk kecurangan yang dilakukan saat ujian dengan cara membawa catatan khusus yang dapat disalin atau meniru pekerjaan orang lain dengan cara yang tidak dibolehkan/dibenarkan. Bagi beberapa orang perkara ini dianggap sepele, tapi bagi seorang muslim perkara ini berakibat fatal sebagaimana sabda Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang berbuat curang, maka ia bukan termasuk golongan kita” (HR. Muslim, no 146).

Kita tidak bisa memungkiri bahwa mencontek termasuk perbuatan curang.

Selain itu berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Nabi yang mulia, Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu:

كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ أَوْ قَوْلُ الزُّورِ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَّكِئًا فَجَلَسَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ

Suatu ketika kami berada di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda, “Maukah aku kabarkan kepada kalian dosa-dosa besar yang paling besar?”-beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali-. “Berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan bersaksi palsu atau berkata dusta.”(HR. Muslim, no 126)

Berdasarkan definisinya, mencontek termasuk sikap dusta dan bersaksi palsu karena menjawab soal tidak dengan kemampuan dirinya. Jika dengan mencontek seseorang memperoleh nilai bagus, maka nilai itu akan menipu banyak orang, seakan-akan dia hebat padahal hanya seorang plagiat.


==> Mengenai dusta, kita diingatkan hadits Rasulullah dari Ibnu Mas’ud berikut:

إِنَّ الصِّدْقَ بِرٌّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِنَّ الْكَذِبَ فُجُورٌ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ كَذَّابًا

“Sesungguhnya kejujuran adalah sebuah kebajikan, sedangkan kebajikan akan menuntun seseorang menuju surga. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk jujur sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Adapun sesungguhnya kedustaan adalah sebuah kekejian, sedangkan kekejian akan menuntun seseorang menuju neraka. Sesungguhnya seorang hamba bermaksud untuk dusta sampai ia tercatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim, no 4720).

Sungguh buruk gelar sebagai seorang pendusta, maka selayaknya kita menjauhkan diri darinya!


==> Mengenai tipu menipu, kita diingatkan oleh hadits Rasullullah shallallu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّهُ لَا يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلَّا كَانَتْ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Sesungguhnya daging yang tumbuh dari usaha yang haram maka neraka lebih layak baginya.” (HR.Tirmidzi, no 558. Beliau berkata: Hadits Hasan Gharib)


Tulisan ini, saya akhiri dengan firman Allah:
“Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui segala apa yang mereka sembunyikan dan yang mereka nyatakan?” (Al-Baqarah:77)


Catatan: nomor hadits sesuai program Maktabah Syamilah
Share:

0 komentar:

Post a Comment